MAKALAH FETAL SKULL FETAL POSITIONING MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI VERTEX (OKSIPUT ANTERIOR DAN OKSIPUT POSTERIOR)
FETAL SKULL
FETAL POSITIONING
MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI
VERTEX (OKSIPUT ANTERIOR DAN OKSIPUT POSTERIOR)

DOSEN
PEMBIMBING
Sesmi
Nanda Oktavia, SST, M. Biomed
Disusun
Oleh:
Kelompok
I
1. Zahara Chairani, Amd Keb 19. Andini Sri Utami, Amd Keb
2. Salfina, Amd Keb 2.
Rosa Lina, Amd Keb
3. Yulia Siska, Amd Keb 21. Helvina,
Amd Keb
4. Dona Yulia Sukma, Amd Keb 22. Maimuna, Amd Keb
5. Sri Sartika, Amd Keb 23. Wahyu
Mulyati, Amd Keb
6. Yuliana, Amd Keb 24. Rini Sari, Amd Keb
7. Nadia Fitri, Amd Keb 25. Weni
Mila sari, Amd Keb
8. Yuli Yanti Mandasri, Amd Keb 26. Yessi Hasnah, Amd Keb
9. Nova Tria, Amd Keb 27.
Nurvalah, Amd Keb
10. Marlina Oversia, Amd Keb 28. ZulfinaApriani, Amd Keb
11. Tesa Advalina,
Amd Keb 29. Desti Marlinda, Amd Keb
12. Afia Inide,
Amd Keb 30. Desi Nitalia, Amd Keb
13. Nurnasmi, Amd
Keb 31. Rice Amelia Dota, Amd Keb
14. Herlina, Amd
Keb 32. Elfianti, Amd Keb
15. Yulfianti, Amd
Keb 33. Rina Amelia Roza, Amd Keb
16. Idola Fitriani
Marion, Amd Keb 34. Sri Purlinda, Amd
Keb
17. Zulmaira Desfa
Remika 35. Depi Yunara,
Amd Keb
18. Sri Hidayati,
Amd Keb 36. Sunarti, Amd Keb
YAYASAN
PENDIDIKAN SUMATERA BARAT (YPBS) PADANG
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA BARAT (STIKES SUMBAR)
TAHUN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ‘’FETAL SKULL, FETAL POSITIONING,
MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI
VERTEX (OKSIPUT ANTERIOR DAN OKSIPUT
POSTERIOR)’’. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan.
Dalam Penyusunan
makalah ini kami kelompok I merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan
makalah ini kami kelompok I menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kelompok I, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Jambak, 26 Januari 2021
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………….………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………. iii
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………………………………………… 1
1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………………………………………………...... 2
1.3 TUJUAN
……………………………………………………………………………………………………………
2
BAB II
2.1 FETAL SKULL ……………………………………………………………….…………………………………. 3
2.2 FETAL POSITIONING ………………………………………………………………………………………… 6
2.3 MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI VERTEX
(OKSIPUT ANTERIOR) ……………… 11
2.4 MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI VERTEX (OKSIPUT
POSTERIOR) ……………………... 19
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………………………………… 13
3.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………………………………….……. 13
3.2 SARAN ……………………………………………………………………………………………………………. 13
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………………… 14
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu Kebidanan atau Obestetri ialah
bagian Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan
dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi objek ilmu ini ialah
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang baru dilahirkan. Menurut Varney at
all dalam buku ajar asuhan kebidana, kebidanan adalah suatu profesi yang diakui
secara internasional yang memiliki ruang lingkup yang telah disetujui oleh Comfederatation of Midwives, International
Federation of Gynaecology and Obstetrics dan World HealthOrganization. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir
spontan dengan presenta belakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin. (Wiknjosastro,2000)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (FK UNPAD, 1983). Persalinan normal
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak
melukai ibu dan janin yang berlansung sekitar 18-24 jam, dengan letak janin
belakang kepala. (Varneys,2003). Jadi kesimpulan yang dapat penulis
ambil,persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang dapat hidup dari
dalam uterus dan keluar melalui vagina secara spontan pada kehamilan cukup
bulan tanpa bantuan alat dan tidak
terjadi komplikasi pada ibu ataupun pada janin dengan presentasi belakang
kepala berlangsung dalam kurang dari 24 jam.(Varneys,2003;
FK UNPAD, 1983; Wiknjosastro,2000)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran fetus dan plasenta dari
uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan
intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta
keluarnya lendir darah (show) dari
vagina. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, 15-20%
dapat terjadi komplikasi persalinan. UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya
5%-10% saja yang membutuhkan seksio sesarea.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka untuk mempermudah penyusunan makalah, penyusun
merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai berikut tentang
Mekanisme Persalinan Normal?
1.
Jelaskan bagian-bagian dari
Fetal Skull?
2.
Jelaskan
Fetal Positioning?
3.
Jelaskan
Mekanisme Persalinan Presentasi Vertex (Oksiput
Anterior)?
4.
Jelaskan
Mekanisme Persalinan Presentasi Vertex (Oksiput
Posterior)?
1.3
Tujuan
Untuk menghasilkan hasil yang lebih
terarah, maka diperlukan adanya tujuan dari penyusunan makalah ini. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah.
1.
Mengetahui Bagian-bagian dari Fetal Skull?
2.
Mengetahui Apa saja Fetal Positoning?
3.
Mengetahui tentang Mekanisme
Persalinan Presentasi Vertex (Oksiput Anterior)
4.
Mengetahui
tentang Mekanisme Persalinan Presentasi
Vertex (Oksiput Posterior)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fetal
Skull
Kepala janin dan ukuran-ukurannya
Bagian yang paling besar
dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan. Kepala ini pula yang paling banyak mengalami
cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin
kelak: hidup sempurna, cacat, atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala
janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
A. Tulang Tengkorak (Cranium)
1. Bagian muka dan tulang-tulang dasar
tengkorak (Basis kranii):
·
Os Nasalis (Tulang Hidung)
·
Os Maksilaris (Tulang Rahang
Atas)
·
Os Mandibulris (Tulang
Rahang Bawah)
·
Os Zigomatik (Tulang Pipi)
2.
Bagian Tengkorak
·
Os Frontalis (Tulang Dahi)
·
Os Parietalis (Tulang
Ubun-Ubun)
·
Os Temporalis (Tulang
Pelipis)
·
Os Occipitalis (Tulang
Belakang Kepala)
3.
Sutura
·
Sutura Sagitalis (Sela
Panah)
·
Sutura Coronaria (Sela
Mahkota)
·
Sutura Lambdoidea (Sela
Lamda)
·
Sutura Frontalis (Sela Dahi)
4.
Ubun-ubun (Fontanel)
·
Ubun-Ubun Besar (UUB) /
Fontanel Mayor = Bregma
·
Ubun-Ubun Kecil (UUB) /
Fontanel Minor
5.
Daerah-daerah
·
Sinciput (Depan Kepala)
·
Vertex (Puncak Kepala)
·
Occiput (Belakang Kepala)
6.
Ukuran diameter
·
Diameter Occipito-Frontalis:
12 cm (Letak Puncak Kepala)
·
Diameter Mento-Occipitalis:
13,5 cm (Letak Dahi)
·
Diameter Biparietalis: 9,25
cm (LBK)
·
Diameter Bitemporalis: 8 cm
7.
Ukuran circumferensia
·
Circumferensia
Fronto-Occipitalis: 34 cm (LPK)
·
Circumferensia Mento- Occipitalis:
35 cm (LD)
·
CircumferensiaSuboccip
Bregmant: 32 cm (LBK)
8.
Planum (Bidang)
·
Planum Fronto-occipitalis:
34 cm (LPK)
·
Planum Maxilo-Parietalis: 35
cm (LD)
·
Planum Tracheo-Parietalis:
34 cm (Letak Muka)

B. Ukuran
Badan Yang Lain Dari Janin
1.
Bahu
2.
Bokong: Jarak Trochanter:
9,5-10 cm
Pada persalinan karena tulang-tulang masih
dibatasi fontanel dan sutura yang belum keras, maka pinggir tulang dapat
menyisip antara satu dan lainnya yang disebut moulaqe (overlapping) sehingga
kepala bertambah kecil.


2.2 Fetal Positioning (Letak, Presentasi, Sikap,
dan Posisi Janin Mempengaruhi Persalinan)
Orientasi janin digambarkan menurut letak,
presentasi, sikap, dan posisi. Hal ini dapat ditentukan secara klinis dengan
melakukan palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, dan auskultasi, atau secara
teknis menggunakan USG atau sinar X. Pemeriksaan klinis kurang akurat atau
bahkan tidak mungkin dilakukan dan diinterpretasikan pada wanita.
1.
Letak Janin
Letak adalah
hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu. Terdiri dari letak
memanjang dan letak melintang. Kadangkala terdapat letak oblik, dimana akibat
sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45°. Letak oblik tidak
stabil, dapat berubah posisi menjadi letak memanjang atau melintang selama
proses persalinan. Letak memanjang terjadi pada lebih dari 99% persalinan
aterm. Faktor predisposisi untuk letak lintang adalah multiparitas, plasenta
previa, hidramnion, dan anomali uterus.
2.
Presentasi Janin
Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan
di dalam jalan lahir. Bagian terbawah janin menentukan presentasi. Bagian
terbawah janin dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Karena
itu, pada letak memanjang, bagian terbawah janin adalah kepala janin atau
bokong, masing-masing membentuk presentasi kepala atau bokong. Jika janin
terletak pada sumbu panjang melintang, bahu merupakan bagian terbawahnya.
Jadi presentasi bahu teraba
melalui serviks pada perabaan vagina.
a.
Presentasi Kepala
Presentasi
kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan badan janin.
1)
Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu
menempel pada dada. Pada keadaan ini,
ubun-ubun kecil (fontanela oksipitalis) merupakan bagian terbawah janin,
disebut presentasi puncak kepala (verteks) atau oksiput.

Gambar
1. Presentasi Puncak kepala
2)
Kepala janin dapat mengambil suatu posisi di antara kedua
keadaan ini, pada beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan bagian
presentasi adalah fontanel anterior (ubun-ubun besar) atau bregma. Disebut
presentasi sinsiput.

Gambar 3. Presentasi
Sinsiput
3)
Leher janin juga dapat mengalami hiperekstensi
sehingga oksiput dan punggung saling menempel dan wajah menjadi bagian terdepan
di jalan lahir, disebut Presentasi muka.
Gambar 2. Presentasi Muka
(3).
(4). Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kasus lainnya, dengan
dahi sebagai bagian terbawah, disebut presentasi dahi. Ketika persalinan maju,
presentasi sinsiput atau dahi hampir selalu berubah menjadi presentasi verteks
atau muka karena masing-masing akan mengalami fleksi atau ekstensi.

Gambar 4.
Presentasi Dahi
b.
Presentasi Bokong
Bila janin
menunjukan presentasi bokong, terdapat tiga konfigurasi umum yang dapat
terjadi.

Bokong Murni (Frank Breech)
- Apabila paha berada
dalam posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di depan badan, hal ini
disebut presentasi bokong murni (frank
breech).
- Jika paha fleksi di
abdomen dan tungkai bawah terletak di atas paha, keadaan ini disebut
presentasi bokong sempurna (complete
breech).
- Bila salah satu atau
kedua kaki, atau satu atau kedua lutut, merupakan bagian terbawah, hal
ini disebut presentasi bokong tidak sempurna (incomplete breech) atau presentasi bokong kaki (footling breech).

Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech, (C) Footling atau Incomplete Breech.
- Sikap atau Postur Janin
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan janin membentuk suatu postur khas
yang disebut sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin membentuk suatu massa
ovoid yang secara kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus. Dengan
sendirinya, janin menjadi melipat atau membungkuk sehingga punggungnya akan
menjadi sangat konveks, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hampir
bertemu dengan dada, paha fleksi di depan abdomen, tungkai bawah tertekuk pada
lutut, dan lengkung kaki bersandar pada permukaan anterior tungkai bawah. Pada
semua presentasi kepala, lengan biasanya saling menyilang di dada atau terletak
di samping, dan tali pusat terletak di ruang antara kedua lengan dengan
ekstremitas bawah. Postur khas ini terjadi akibat cara pertumbuhan janin dan
akomodasinya terhadap rongga uterus.
- Posisi Janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan
pada bagian terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena
itu, pada setiap presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu
(mentum), dan sakrum janin masing-masing merupakan titik penentu pada
presentasi verteks, muka, dan bokong.
Posisi merupakan indicator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin
apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau
belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak belakang
kepal (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK Kanan belakang.
Apabila seseorang ingin menetukan presentasi dan posisi
janin, perlu dijawab pertanyaan berikut:
·
Bagian janin apa yang terbawah?
·
Dimana bagian terbawah
tersebut?
·
Apa indicator?
Posisi Janin Dalam
Rahim
1.
Letak Membujur
(longitudinal)
a.
Letak Kepala : (97%)
·
Letak Fleksi = LBK : (95,5%)
·
Leatk Defleksi : (1,5%)
-
Letak Puncak Kepala
-
Letak Dahi
-
Letak Muka
b.
Letak Sungsang = Letak
Bokong : (2,5-3%)
·
Letak bokong sempurna
(complete breech)
·
Letak bokong (frank breech)
·
Letak bokong tidak sempurna
(incomplete breech)
2.
Letak Lintang (Transverse
Lie)
3.
Letak Miring (Oblique Lie)
·
Letak kepala mengolak
·
Letak bokong mengolak
2.3 Mekanisme Persalinan Presentasi
Vertex (Oksiput Anterior)
Menurut
Harry Oxorn dalam buku Sulistyawati (2013: 106), Janin dengan
presentasi oksiput (ubun-ubun kecil) ataupun vertex (belakang kepala)
diperkirakan 96%, presentasi bokong 3%, muka 0,3%, dan bahu 0,4% dari seluruh
persalinan.
1.
Faktor yang menyebabkan presentasi
belakang kepala paling banyak adalah
:
Pada akhir kehamilan bentuk uterus lonjong, ukuran atas bawah lebih
panjang daripada ukuran melintang,hal ini disebabkan terbentuknya segmen bawah
rahim.
2.
Fundus uteri lebih lebar dari
bagian bawahnya.
3.
Air ketuban pada akhir kehamilan relatif
sedikit sehingga dinding uterus mendekati badan anak, dengan demikian bentuk
uterus lebih mempengaruhi letak anak. Akibatnya
anak menyesuaikan diri (akomodasi) dengan bentuk uterus, ukuran panjang
anak akan sesuai dengan ukuran panjang uterus. Bokong dengan tungkai bawah
merupakan ujung yang lebih besar daripada kepala, maka akan menempatkan diri di
fundus uteri yang lebih lebar sedangkan kepala di bagian bawah uterus yang
lebih sempit.
- Jika kepala
sudah di bawah sering terpegang oleh pintu atas panggul sehingga
presentasi tidak dapat berubah lagi. Presentasi janin dapat dipastikan
atau diketahui dengan palpasi abdomen dan dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan dalam kadang sebelum atau saat persalinan. Pada kebanyakan
kasus, presentasi belakang kepala masuk kedalam pelvis dengan sutura
sagitalis dalam diameter transvera (Caldwell ass, 1934).
Kepala akan berusaha mengubah posisi agar diameter kepala
yang melewati jalan lahir adalah diameter yang terkecil dan jalan lahir yang
dilewati mempunyai diameter yang terbesar sehingga menghasilkan gerakan-gerakan
kardinal.
Gerakan kardinal terdiri dari :
1.
Engagement
2.
Descent
3.
Fleksi (Fleksion Interna)
4.
Rotasi Interna (Interna Rotation)
5.
Ekstensi (Ekstension)
6.
Rotasi Eksterna (Eksternal Rotation)
7.
Ekspulsi (Ekspulsion)
1.
Penurunan kepala / Engagement
Adalah mekanisme dimana diameter biparietal yaitu diameter terbesar
transvera janin pada presentasi belakang kepala telah melewati pintu atas
panggul (pelvic inlet) dan dapat dinilai dengan sampainya bagian terendah
kepala pada bidang H III atau station 0 setinggi spina ischiadika. Fenomena ini
terjadi pada minggu-minggu akhir kehamilan. Pada multipara dan sebagian
nulipara kepala janin masih mudah digerakan di pintu atas panggul pada saat
persalinan dan keadaan ini disebut floating. Kepala janin biasanya masuk pada
pintu atas panggul dengan diameter transversa. Masuknya kepala ke dalam pintu
atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang
ringan. Kepala dengan ukuran normal biasanya tidak engaged dengan
sutura sagitalis pada posisi anteroposterior. Kepala
biasanya memasuki pintu atas panggul pada diameter transversa atau diameter
serong.
Secara klinis
engegement diketahui dengan 2 cara yaitu :
1.
Pemeriksaan luar, kepala sudah
terfiksasi pada panggul.
2.
Pemeriksaan dalam, bagian terendah
pada atau di bawah spina ischiadica atau station 0.
Penyebab
terjadinya engegement adalah pengaruh otot uterus dan tonus otot otot abdomen.
Pada tiap kontraksi uterus, sumbu panjang uterus bertambah panjang sedangkan
ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Akibat perubahan bentuk
uterus ini tulang punggung anak melurus dan kutub atas anak tertekan pada
fundus sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul.
Gambar 2.1
Sinklitismus
terjadi pada permulaan
persalinan. Terjadinya engagement normal sangat dipengaruhi oleh tonus otot
uterus dan otot otot dasar panggul. Masuknya kepala ke dalam PAP dalam keadaan
asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir
tepat diantara simfisis dan promontorium. Jika sutura sagitalis agak kedepan
mendekati simpisis atau agak kebelakang mendekati promontorium, maka dikatakan
kepala dalam keadaan asinklitismus.
Ada 2 jenis asinklitismus:
1)
Asinklitismus
posterior: bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os. Parietal belakang
lebih rendah dari os. Parietal depan
lebih rendah daripada os. Parietal belakang.

Gambar 2.3
Asinklitismus Posterior
Sumber: Ai
Nurasiah, Ani Rukmawati, Dewi Laelatul,2014.
2)
Asinklitismus
anterior; bila sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari pada os parietal belakang.
Gambar 2.3
Asinklitismus Anterior
Sumber: Ai
Nurasiah, Ani Rukmawati, Dewi Laelatul,2014.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan.
Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas Rahim
yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah Rahim sehingga terjadi penipisan
dan dilatasi serviks.
2. Descent
Turunnya kepala pada nullipara terjadi sebelum
persalinan sedangkan pada multipara descent biasanya terjadi bersamaan dengan
engagement. Turunnya kepala ini disebabkan oleh 4 faktor :
1.
Tekanan
karena cairan amnion
2.
Tekanan
langsung fundus terhadap bokong
3.
Kontraksi
otot abdomen
4.
Melurusnya tubuh janin.
Mekanisme turunnya
kepala biasanya dengan sutura sagitalis kepala fetus lebih dekat ke simfisis
yang mengakibatkan bagian terendah adalah os parietale posterior. Disebabkan
kontraksi uterus berlangsung turunnya kepala mengalami kemajuan dan akibat
fleksi lateeral leher fetus, sutura sagitalis berorientasi ke sumbu bidang
tengah panggul.
3.
Fleksi
Pada saat memasuki pintu atas panggul, maka kepala akan
berada da!am posisi sutura sagitalis melintang . Karena diameter terlebar pada
pintu atas panggul adalah diameter transversal. Dengan turunnya kepala lebih
jauh, maka kepaia akan mengalami tekanan dari :
1.
Serviks
2.
Dinding
panggul
3.
Otot-otot
dasar panggul
Dengan demikian resultan gaya yang bekerja pada
bagian sinsiput (ubun-ubun besar) lebih besar dari oksiput ( ubun-ubun kecil )
sehingga kepala menjadi fleksi dan diameter frontooccipitlis 11,5 cm akan
digantikan diameter yang kecil yaitu diameter suboccipito bregmatika 9,5 cm.
Dengan demikian kepala memasuki panggul dengan ukurannya yang terkecil.
Penyebab
pasti fleksi belum diketahui, tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh respon
pasif kepala terhadap tahanan panggul saat kepala turun. Adanya dorongan dari
atas menyebabkan anak maju tetapi mendapat tahanan dari pinggir atas pintu atas
panggul, serviks, dan dinding panggul atau dasar panggul. Akibat moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan defleksi,
sehingga terbentuk resultante gaya atau kopel yang menghasilkan fleksi kepala.
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam
keadaan fleksi ringan dengan majunya kepala biasanya fleksi juga akan bertambah
pada gerakan ini, dagu dibawa lebih dekat kearah dada janin sehingga ubun-ubun
kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Hal ini disebabkan karena adanya
tahanan dari dinding serviks, dinding pelvis, dan lantai pelvis. Dengan adanya
fleksi, diameter sub oksipito bremantika (9,5
cm) menggantikan diameter suboccipito
frontalis (11 cm). sampai didasar panggul, biasanya kepala janin berada
dalam keadaan fleksi maksimal.

Gambar 2.4 Fleski
Sumber: Rohani, 2011.
4.
Rotasi dalam / Rotasi Interna
Disebut juga putaran paksi dalam, yaitu
pemutaran bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada oksiput terjadi gerakan dari
posisi aslinya anterior terhadap simpisis atau posterior terhadap sakrum. Saat
bagian terendah kepala janin telah melewati station 0 dan biparietal plane
mencapai spina, kepala akan mengalami hambatan oleh kedua tonjolan spina
ischiadika kiri dan kanan, sehingga akan mengalami putaran paksi dalam.
Pada sebagian besar persalinan normal,
kepala akan berputar ke depan sehingga ubun-ubun kecil berada didepan (kiri
atau kanan) karena diameter oblik pada station +3 lebih
besar dari pada diameter transversa, sehingga kepala dapat lebih jauh dan terus
berputar ke depan hingga ubun ubun kecil akan bergerak ke arah simpisis .
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk
keiahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul.
Bila
putaran paksi dalam gagal terjadi sampai kepala telaih mencapai dasar panggul,
maka putaran paksi dalam akan terjadi pada satu atau dua kontraksi uterus
berikutnya(multipara) dan tiga sampai lima kontraksi berikutnya (nullipara).
Putaran paksi dalam sebelum kepala mencapai dasar panggul lebih sering terjadi
pada multipara dibandingkan nullipara.
Sebab-sebab putaran paksi dalam :
1.
Pada letak
fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala.
2.
Bagian
terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat di
sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan kanan.
3.
Ukuran
terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter ante roposterior.
Pemutaran
paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan hingga bagian terendahnya
memutar ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian terendah
adalah ubun–ubun kecil dan akan memutar ke depan ke arah simpisis. Rotasi ini
sangat penting karena untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Gambar 2.5
Rotasi Dalam
Sumber:
Rohani, 2011.
5.
Ekstensi
Setelah rotasi interna
kepala masih dalam possisi fleksi mencapai vulva sehingga oksiput !angsung
berkontak dengan bagian anterior simfisis. Oleh karena vulva arahnya ke atas
dan ke depan maka ekstensi harus terjadi sebelum kepala melewatinya.Jika fleksi
kepala yang tajam mencapai dasar pelvis maka akan mengenai posterior perineum.
Ketika kepala menekan dasar panggul terdapat dua kekuatan :
1.
Tekanan yang
dihasilkan oleh uterus
2.
Adanya
tekanan dari dinding panggul dan simfisis akan menghasilkan resultan yang menyebabkan
ekstensi.
Setelah
subocciput tertahan pada pinggir bawah_simfisis maka yang dapat maju karena
kekuatan tersebut diatas, bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir perineum ubun ubun besar, dahi, hidung,
mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
Sesudah kepala janin
sampai didasar panggul dan ubun-ubun kecil berada dibawah simpisis, maka
terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini desebabkan karena sumbu jalan
lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala
harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Sub
oksiput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochion), maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut, dan dagu bayi dengan gerakan
ekstensi.

Gambar 2.6
Ekstensi
Sumber: Rohani,
2011.
Kepala yang sudah lahir
selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada
leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring, di dalam rongga
panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya
sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran
dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu
bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga
belakang kepala berhadapan dengan tuber iskiadikum sepihak.
6.
Rotasi eksterna
Ketika kepala sudah lahir maka oksiput kembali ke posisi semula.
selanjutnya kepala akan mengadakan putaran restitusi untuk menghilangkan torsi
pada leher, sehingga ubun-ubun terletak sesuai dengan punggung, diikuti putaran
dimana bahu dengan diameter bisakromial akan terletak pada diameter
anteroposterior pintu bawah panggul yang kemudian satu bahu terletak di
anterior di bawah simfisis dan bahu lainnya di posterior. Gerakan rotasi
ekstema yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter
bisakromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior di pintu bawah
panggul.
7.
Ekspulsi
Terjadi segera setelah
rotasi eksterna, bahu depan akan tampak dibawah
simfisis dan perineum akan diregang oleh bahu belakang dan dengan datangnya his
maka bahu depan akan lahir serta menjadi hipomokhlion bagi lahirnya bahu
belakang dan bagian tubuh lainnya segera dikeluarkan. Kelahiran bahu dapat
terjadi secara spontan, tetapi sering memerlukan bantuan tangan. Dengan sedikit
menekan kepala tanpa melakukan tarikan akan membantu bahu depan berada di bawah
simfisis. Selanjutnya dengan mengangkat kepala akan mengakibatkan kelahiran
bahu belakang terkendali.
Diatas telah diuraikan jalannya persalinan dengan positio occipito
transverssa ialah dengan ubun-ubun kecil kiri melintang. Kalau ubun-ubun kecil
kanan melintang maka jalannya persalinan sama, hanya ubun-ubun kecil sekarang
memutar ke kanan artinya searah jarum jam. Putaran paksi luar terjadi ke arah
tuber ischiadikum sebelah kanan. Pada positio
occipito anterior putaran paksi hanya 45 derajat ke kanan atau ke kiri. Setelah paksi luar, bahu
depan sampai dibawah simpisis dan menjadi hypomochlion
untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya
seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Gambar 2.7 Rotasi
Luar
Sumber: Rohani, 2011.
2.4 Mekanisme Persalinan
Presentasi Vertex (Oksiput Posterior)
Presentasi puncak kepala adalah keadaan dimana
puncak kepala merupakan bagian terendah, hal ini terjadi apabila derajat
defleksinya ringan. Presentasi
puncak kepala adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal
dengan sinsiput merupakan bagian terendah. Presentasi puncak kepala
adalah bagian terbawah janin yaitu puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan.
1.
Etiologi
Letak defleksi ringan biasanya
disebabkan:
·
Kelainan panggul (Panggul Picak)
·
Kepala bentuknya bundar
·
Anak kecil atau mati
·
Kerusakan dasar panggul Penyebabnya lain memaksa terjadi defleksi kepala
atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala.
·
Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
·
Multiparitas, perut gantung
·
Anensefalus, tumor leher bagian depan
2.
Patofisiologi
Pada kehamilan
normal, kepala janin pada waktu melewati jalan lahir berada dalam keadaan
fleksi tetapi pada kasus ini fleksi tidak terjadi sehingga kepala dalam keadaan
defleksi, jadi yang melewati jalan lahir adalah sirkumferensia frontooksipitalisdengan
titik perputaran yang berada di bawah simfisis ialah glabella. Dengan posisi
seperti itu mengakibatkan terjadinya partus lama dan robekan jalan lahir yang
lebih luas selain itu karena partus lama dan moulage yang hebat maka mortalitas
perinatal agak tinggi.
3.
Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan
berputar ke depan atau sesudah anak lahir caput terdapat di daerah UUB.
Diagnosis kedudukan : Presentasi puncak kepala
1. Pemeriksaan abdominal
·
Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
·
Di atas panggul teraba kepala
·
Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil
terdapat pada sisi yang berlawanan
·
Di fundus uteri teraba bokong
·
Oleh karena tidak ada fleksi maupun ekstensi maka tidak
teraba dengan jelas adanya tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun sisi
lainnya.
2. Auskultsi
Denyut jantung janin terdengar
paling keras di kuadran bawah perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung janin
3. Pemeriksaan vaginal
·
Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul,
·
Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal.
·
Keduanya sama tinggi dalam panggul.
4. Penanganan
1. Dapat ditunggu kelahiran spontan
2. Episiotomi
3. Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar
panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep. Usahakan lahir pervaginam karena
kira-kira 75 % bisa lahir spontan. Bila ada indikasi ditolong dengan
vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah UUB.
Tindakan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi
dan posisi dari kepala janin, tindakan bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan
janin kecil, panggul normal, jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka
bidan dapat menolong pasien dengan melakukan inform concent terlebih dahulu.
Pada kasus presentasi puncak kepala bidan perlu melakukan observasi yang lebih
ketat kepada ibu, janin dan kemajuan persalinan. Apabila dalam batas normal
maka bidan bisa memberikan pertolongan pada ibu dengan keadaan presentasi
puncak kepala, tetapi keadaan panggul ibu normal, janin tidak besar, alat
resusitasi harus siap dan persiapan persalinan yang lainnya.
5.
Mekanisme persalinan vertex (oksiput posterior)
sama dengan POPP (Posisi Oksiput Posterior
Persisten). Perbedaannya pada presentasi Puncak kepala tidak terjadi flexi
kepala yang maksimal. Sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir
adalah sircum firensia fronto oksipitalis sebesar 34 cm dengan titik perputar
yang berada dibawah simpisis adalah glabella.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengetahui mekanisme persalinan
adalah suatu hal yang sangat penting dalam praktek obstetri. Mekanisme
persalinan ini berkaitan dengan urutan gerakan-gerakan fetus selama persalinan.
Gerakan-gerakan ini terdiri dari suatu seri urutan perubahan yang sesuai dengan
diameter panggul pada saat fetus berada pada bagian tertentu jalan lahir. Persalinan
adalah proses dimana hasil konsepsi dikeluarkan oleh uterus dan vagina ibu
dengan kekuatan kontraksi otot-otot rahim yang disertai kekuatan mengejan dari
ibu.
Persalinan merupakan proses
yang dinamis yang mengandung risiko yang cukup tinggi baik itu bagi ibu maupun
bayi. Oleh karena itu memahami persalinan yang normal adalah penting untuk
dapat membawa ibu dan anak dengan selamat. Persalinan adalah seragkain kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain serta berlangsung dengan bantuan atau tampa bantuan (kekuatan ibu
sendiri).
Jadi
kesimpulan yang dapat penulis ambil, persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang dapat hidup dari dalam uterus dan keluar melalui vagina
secara spontan pada kehamilan cukup bulan tanpa bantuan alat dan tidak terjadi
komplikasi pada ibu ataupun pada janin dengan presentasi belakang kepala
berlangsung dalam kurang dari 24 jam.
(Varneys,2003; FK UNPAD, 1983; Wiknjosastro,2000)
3.2 Saran
Kita
sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan dalam menolong persalinan dan
penanganan kelahiran bayi secara lengkap tampa ada masalah, agar dapat
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman pada kasus-kasus kebidanan atau
persalinan dan lebih mampu dalam meningkatkan pelayanan yang lebih baik dan
juga terus tetap mau update dalam pengembangan ilmu kebidanan.
Untuk
keluarga atau msyarakat kita harapakan lebih teliti dan tanggap terhadap
kesehatan ibu hamil agar terdeteksi dan bila terjadi hal kegawatan dalam
kehamilan ibu diharapkan lebih cepat untuk dapat mencari pertolongan pada
pelayanan kesehatan, supaya tidak terjadi kematian bayi maupun kematian ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. 296-314.
Fakultas Kedokteran UNPAD.
Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
2004.127-144
Mochtar, Rustam.
Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jakarta: EGC, 1998.
94
Cunningham
FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 21. Vol 1. Jakarta: EGC.
2006. 318-335.
Sofie RK, Johanes CM,
Jusuf SE. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RUmah sakit Dr.
Hasan Sadikin. Bandung: Bagian Obstetri Ginekologi FK UNPAD RSHS. 2005. 90.
Buku Acuan Nasional.
Pelayanan Kesehatan aternal dan Neontal. Jakarta: Yayayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 100
Cunningham FG, Mac Donald PC,
Gant NF: Williams Obstetrics 21st ed. New York: McGraw-Hill,2001: 291-307.
Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, ed
3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1991
Wiknjosastro,
Ilmu Bedah Kebidanan, ed 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1991



Comments
Post a Comment